Posts
Showing posts from November, 2018
SI MANIS YANG MEMBACA BUKU " kado istimewa "
- Get link
- X
- Other Apps
Jakarta 24 November 1998, aku menginjakkan kakiku kembali di ibukota. Bukan untuk berdemo ataupun berunjuk rasa, tetapi aku kembali ke Jakarta demi memperjuangkan cinta yang lama terpendam. Aku rela berjalan dalam nestapa demi cintaku pada Dinda. Sebelum aku bertemu Dinda, ku teringat bahwa esok adalah hari guru nasional. Terbesit dalam pikiranku untuk menyiapkan kado istimewa untuk Dinda yang juga seorang guru sekaligus untuk merayakan pertemuan dengan sang dambaan hati. Tak sabar hati ini menunggu waktu yang seolah olah beģitu lamban, tak tahan lagi gejolak jiwa ingin bertemu dengan sang surya. Nyata sang purnama tak mau mengalah seakan tak ingin diganti oleh matahari. Jantung berdegub kencang, matapun sulit terpejam karena pikiran melayang membayangkan pertemuan dengan orang yang kusayang. Lamunanku terjaga oleh lantangnya sang muadzin yang mengumandangkan adzan subuh. Segera ku ambil wudhu dan melaksanakan sholat subuh, dalam doa kusebut nama Dinda. Matahari mulai tampa
SI MANIS YANG MEMBACA BUKU " rindu dirinya "
- Get link
- X
- Other Apps
Melupakan sejenak kalutnya hati ini, akupun mengingat kembali Dinda yang yang telah membuatku jatuh hati. Aku putuskan untuk kembali ke Jakarta lagi, bukan untuk berdemonstrasi namun untuk mencoba bisa bertemu kembali dengan pujaan hati. Ku kemasi barang-barangku tak lupa pula aku bawa foto yang tertulis namaku dan sebuah nomor telepon di balik foto itu. Di stasiun kereta sewaktu menunggu kereta, ku sempatkan ke wartel untuk menghubungi nomor telepon tersebut. Betapa kagetnya aku ketika telepon terhubung dan mendengar suara seseorang di balik telepon itu, bahagia bingung dan rasa penasaran campur aduk dalam dada. Ternyata orang yang menerima teleponku adalah Dinda. Bahagia karena aku bisa mendengar kembali suara wanita yang aku rindukan, bingung kenapa nomor itu adalah nomor telepon Dinda dan penasaran ada hubungan apa antara almarhum sahabatku Edo dan wanita pujaanku Dinda. Ketika kutanyakan mengenai hal itu, Dinda menyuruhku untuk menemuinya di salah satu SMA di Jakarta Utara,
SI MANIS YANG MEMBACA BUKU " Penembakan Misterius "
- Get link
- X
- Other Apps
Judul utama koran Yogyakarta pagi ini bertuliskan "Penembakan Misterius di Jakarta". Judul berita itu membuat aku teringat kembali kepada Edo sahabat karibku yang gugur tertembak sewaktu demo mahasiswa di Jakarta beberapa waktu yang lalu. Kubaca dengan seksama berita di koran itu. Diberitakan bahwa sudah seminggu ini telah ditemukan sedikitnya 8 orang mahasiswa yang meninggal secara misterius dengan ciri yang sama yaitu terdapat luka tembak di kepala dan di dada, dan lokasi kejadiannya di sekitar kampus tempat mahasiswa tersebut kuliah. Kondisi Jakarta kini kembali mencekam terutama di kampus-kampus di sekitaran Jakarta, para mahasiswa kuliah dalam keadaan penuh rasa khawatir dan ketakutan. Banyak mahasiswa yang berasal dari luar daerah kembali ke daerahnya masing-masing. Namun tidak sedikit pula para mahasiswa yang idealis terus melakukan demonstrasi yang ditujukan kepada pihak kepolisian agar segera mengungkap kasus kematian rekan-rekannya sesama mahasiswa.
SI MANIS YANG MEMBACA BUKU "tentang diriku"
- Get link
- X
- Other Apps
Pukul 10.00 aku tiba di rumah, tiada yang menyambutku, tidak ada yang menanyakan bagaimana keadaanku, ya tidak akan pernah ada suasana seperti itu karena memang aku tinggal di rumah sendiri saja tanpa orangtua semenjak SMA. Yang aku lihat tatapan mata para tetangga yang memandangku seperti bertanya " darimanakah anda hai tuan muda?". Aku tinggal di pemukiman padat di pinggiran kota Jogyakarta, rumahku berukuran hanya 3x4 saja dan letaknya di ujung gang kecil yang sempit. Orangtuaku meninggal karena kecelakaan sepeda motor ketika hendak ke pasar. Sejak itulah aku mengurus diriku sendiri. Aku adalah tunggal dari pasangan suami istri yang bernama renggo dan sarmi. Bapakku adalah seorang pegawai kantor pos yang bertugas mengantarkan surat di sekitaran kota Jogya, sedangkan ibuku adalah seorang penjual ayam potong di pasar. Aku berjualan ayam potong dibekas lapak ibuku, pagi aku berjualan dan siang aku sekolah. Aku tidak terlalu pusing akan biaya sekolahku, karena
" Setiap orangtua akan mencintai anaknya dengan sempurna di balik ketidak sempurnaannya"
- Get link
- X
- Other Apps
SI MANIS YANG MEMBACA BUKU "kehilangan"
- Get link
- X
- Other Apps
Ku pejamkan mata ini, mencoba untuk mengingat kembali segala kenangan indah bersama Edo. Segala tentang mimpi dan cita-citanya yang pernah diceritakan kepadaku. Ingatan tentang Edo begitu jelas menghantui kepalaku, tak bisa hilang dan pasti tak pernah bisa terlupakan. Ku genggam erat gambar dirinya dan berharap ia bisa kembali di dunia ini. Aku rasa kehilangan yang begitu besar karena Edo adalah sahabatku yang paling pengertian. Kini seorang sahabat sejati telah pergi, kemana akan ku cari pelipur lara hati ini, tiada terganti dia yang telah gugur. Khayalanku semakin dalam hingga membawa terlelap, cerita tentang Edo menjadi dongeng yang indah sebagai pengantar tidurku malam ini. Tabuh berbunyi hempaskan malam sunyi, berkumandanglah suara azan di langit kota Jakarta. Aku melangkah ke mushola kecil di sebelah rumah Edo untuk sholat subuh, ku bangun keikhlasan dalam hati dari hilangnya kawan sejati. Panjatkan doa kepada yang Maha Kuasa mohon agar Edo di tempatkan surga. Ket
SI MANIS YANG MEMBACA BUKU "tragedi demonstrasi"
- Get link
- X
- Other Apps
Pemuda pemudi Indonesia sedang tergugah hati, karena kondisi bumi pertiwi. PHK banyak terjadi, harga-harga melambung tinggi karena negara dilanda krisis ekonomi buah dari para pemimpin negeri yang mementingkan diri sendiri, hidup foya-foya dan budaya korupsi demi melampiaskan nafsu duniawi. Kami para mahasiswa terus bergerak serentak, langkah kaki berderap menghentak seiring dengan hati yang berontak demi kehidupan rakyat agar lebih layak. Semburan air dari mobil water canon menerpa tubuh kami, letusan gas air mata tak bisa menghalangi, pukulan tongkat polisi tak menghilangkan semangat juang kami. Perbaikan ekonomi menjadi fokus tuntutan kami, meski hilang nyawa kami tak peduli. Langit Jakarta menjadi kelam, sekujur tubuh biru lebam namun semangat juang tak kunjung padam. Hari itu menjadi sejarah kelam, karena di antara kami banyak hilang tiada kabar. Tiga hari semua kekacauan itu berlalu, aku dan beberapa rekan mahasiswa terbelenggu, terkurung dalam ruang sempit berca
SI MANIS YANG MEMBACA BUKU "menanti jawaban"
- Get link
- X
- Other Apps
Waktu terus berjalan dengan begitu perlahan, terus mengiringiku dalam penantian akan sebuah jawaban. Terkadang aku seperti di tepian akhir sebuah harapan yang memaksaku tuk coba melupakan dirinya yang ku dambakan. Namun aroma nafas tubuhnya selalu membayangiku, lembut suaranya seolah telah merasuki relung sukmaku. Namanya selalu hadir dalam setiap doaku, namanya adalah penyemangat dalam setiap langkahku. Tidak pernah ku menyerah, walaupun aku harus mencari dirinya hingga raga ini berkalang tanah. Sore itu dikala langit memerah warnanya, sebuah kabar ku terima. Aku lolos kuliah di universitas negeri di Yogyakarta. Di Yogyakarta aku dilahirkan dan memulai cerita, menuntut ilmu demi cita-cita. Di fakultas ilmu sosial aku belajar dengan semangat yang terus berkobar. Namun satu hal masih saja mengusik ingatan, ingatan tentang dirinya yang bernama Dinda. "Ooh Dinda di manakah kau berada?" Sebelas bulan berlalu, bayang wajah Dinda ibarat sembilu yang menyayat nadi