SI MANIS YANG MEMBACA BUKU "menanti jawaban"

Waktu terus berjalan dengan begitu perlahan, terus mengiringiku dalam penantian akan sebuah jawaban. Terkadang aku seperti di tepian akhir sebuah harapan yang memaksaku tuk coba melupakan dirinya yang ku dambakan.
Namun aroma nafas tubuhnya selalu membayangiku, lembut suaranya seolah telah merasuki relung sukmaku. Namanya selalu hadir dalam setiap doaku, namanya adalah penyemangat dalam setiap langkahku.
Tidak pernah ku menyerah, walaupun aku harus mencari dirinya hingga raga ini berkalang tanah. 
 Sore itu dikala langit memerah warnanya, sebuah kabar ku terima. Aku lolos kuliah di universitas negeri di Yogyakarta.
 Di Yogyakarta aku dilahirkan dan memulai cerita, menuntut ilmu demi cita-cita. Di fakultas ilmu sosial aku belajar dengan semangat yang terus berkobar.
 Namun satu hal masih saja mengusik ingatan, ingatan tentang dirinya yang bernama Dinda. "Ooh Dinda di manakah kau berada?"
 Sebelas bulan berlalu, bayang wajah Dinda ibarat sembilu yang menyayat nadiku namun yakin kita pasti bertemu. 
 Dinding kamar ku jadikan kawan bercerita, menumpahkan semua keluh kesah dan semua curahan rindu. Jendela kecil dan sebuah bangku kayu di pojok ruang kamar adalah tempatku memandang sendunya rembulan malam dengan cahayanya yang temaram seolah menggantikan wajah Dinda sang gadis idaman. 

Comments

Popular posts from this blog

MANCING KONDE

Lambe Turah