PEMBELAJARAN TEMATIK ABAD 21


TUGAS KB 1 DIKLAT JARAK JAUH KEMENTERIAN AGAMA JAKARTA
KARYA TULIS
PEMBELAJARAN TEMATIK ABAD 21
Oleh
KRISWANTORO
MI AL MUHAJIRIN
JAKARTA UTARA
2020


PENDAHULUAN


1. Tuntutan abad 21
a)      Pembelajaran tematik era globalisasi
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. pembelajaran tematik di era globalisasi adalah pembelajaran tematik yang integratif yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Pembelajaran tematik di era globalisasi adalah pembelajaran yang memadukan berbagai kempetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema, sehingga diharapkan akan menghasilkan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik dan juga pendidik.
b)      Keterampilan berpikir tingkat tinggi ( HOTS )
Higher Order of Thinking Skill ( HOTS ) adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pendidik diharapkan dapat merancang suatu pembelajaran yang kreatif sehingga dapat menghasilkan siswa yang memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi dimana untuk mencapai tujuan ini siswa tidak lagi sebagai objek belajar namun juga sebagai subjek belajar dan guru berperan sebagai fasilitator dan pendamping.
Dengan desain pembelajaran kreatif sehingga siswa mampu mencapai keterampilan berpikiran yang tinggi dan mampu mengimplementasikan keterampilannya dalam kehidupan sehari hari.
c)      Kompetensi Keterampilan abad 21
Penguatan Pendidikan Karakter adalah cara untuk meningkatkan kompetensi keterampilan abad 21, yang dimana dengan dijalankannya penguatan pendidikan karakter dapat menumbuhkan karakter siswa yang berpikir kritis, kreatif, mampu berkomunikasi dan berkolaborasi . Dengan tumbuhnya 4 karakter tersebut siswa akan mampu bersaing di abad 21, hal ini sesuai dengan 4 syarat yang harus dimiliki siswa di abad 21 yang biasa disebut 4C yaitu Critical Thinking and Problem Solving, Creativity, Communication skill, dan Ability to Work Collaboratively.
d)     Pilar Pendidikan
Pilar pendidikan adalah merupakan dasar untuk mencari pengetahuan dan pemahaman bagi individu baik secara fisik maupun mental.
Di Indonesia mempunyai 5 pilar pendidikan yaitu :
1.      Belajar untuk mencari tahu ( learning to know )
Sesuai dengan perkembangan zaman siswa diharapkan dapat mencari tahu penemuan dan alat terbaru yang bisa dimanfaatkan demi pendidikan.
2.      Belajar untuk mengerjakan ( learning to do )
Setelah tahapan belajar siswa diharapkan dapat mengerjakan soal soal untuk mengetahui dan mengukur pemahaman dan daya tangkap siswa terhadap materi yang telah diberikan selama proses pembelajaran.
3.      Belajar untuk menjadi ( learning to be )
Pembelajaran harus menyesuaikan keseimbangan antara kepribadian, baik dari segi moral, intelektual, emosi spritual maupun sosial hingga tujuan pendidikan diwaktu yang akan datang dapat tercapai.
4.      Belajar untuk hidup bersama ( learning to live together )
Dengan belajar siswa diharapkan menjadi makhluk sosial yang baik dan memahami pentingnya hidup bermasyarakat.
5.      Belajar untuk memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia
Dengan berbagai metode pembelajaran diharapkan siswa dapat memaksimalkan kemampuan diri sehingga tujuan pendidikan nasional yaitu menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, berakhlak mulia, sehat dan bertanggung jawab dapat terwujud.
e)      Literasi
Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca dan menulis, berbicara, menghitung, juga memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang  diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Literasi memiliki pengaruh yang besar untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan pada abad 21. Kemampuan literasi yang terdiri dari literasi media, informasi, komunikasi dan tekhnologi akan meningkatkan keterampilan proses dalam memecahkan masalah sehari hari. Literasi akan mempengaruhi kesadaran, analisis, refleksi dan aksi untuk memahami suatu masalah. Kemampuan tersebut memungkinkan penguasaan terhadap keterampilan dan kompetensi lain yang diperlukan untuk keberhasilan kehidupan di abad 21.

2. Implementasi tuntutan kompetensi abad 21 di madrasah
a)      Implementasi keterampilan berpikir tingkat tinggi ( HOTS )
Pembelajaran yang berorientasi pada HOTS sangat dianjurkan untuk diterapkan oleh guru di madrasah agar bisa mewujudkan tujuan pendidikan nasional, namun realitas di lapangan guru masih menggunakan metode lama dalam mengajar walaupun disekolah atau madrasah sudah menggunakan kurikulum 2013. Banyak faktor yang menyebabkan tidak dilaksanakannya pembelajaran HOTS oleh guru diantara lain sumber daya manusia yang kurang mengerti karena kurangnya pendidikan dan pelatihan bagi guru, kondisi sekolah, kondisi siswa, bahkan guru sudah merasa di zona nyaman dengan cara pembelajaran model lama dan pencapaian kurikulum hanya sebatas laporan.
Idealnya guru senantiasa komunikasi yang efektif dengan peserta didik, keterlibatan guru dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Berikut adalah peran guru dalam mengimplementasikan pembelajaran HOTS di madrasah :
1.      Merencanakan cara agar peserta didik aktif dan partisipatif dalam proses pembelajaran.
2.      Mempersiapkan pokok bahasan yang akan dikaji
3.      Mempersiapkan bahan materi yang akan dibahas dan didiskusikan.
4.      Mempersiapkan pertanyaan untuk mendalami diskusi dan mengembangkan pikiran yang kritis ( critical thinking )
5.      Mempersiapkan bahan untuk menstimulasi pemikiran peserta didik mengawali pembelajaran
6.      Memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan pembelajaran HOTS
7.      Menguasai tekhnik agar siswa partisipatif dan rasa tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran
8.      Memastikan fokus pada tujuan pembelajaran
9.      Memfasilitasi kegiatan pembelajaran
10.  Menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk aktivitas berpikir
11.  Sesuai dengan pokok kajian dan bahasan
12.  Menghargai pada setiap pendapat dan perbedaan pemikiran
13.  Melakukan assesmen perkembangan peserta didik
14.  Monitoring pembelajaran yang baik
15.  Melakukan kontrol dalam proses pembelajaran
Pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi ( HOTS ) pada prinsipnya melaksanakan pembelajaran agar peserta didik menemukan permasalahan yang akan dikaji, dan menyusun rencana serta melaksanakan pembelajaran guna bisa memecahkan atau menemukan solusi dari permasalahan yang telah diketemukan.
b)     Implementasi Kompetensi keterampilan abad 21 di madrasah
Kompetensi Keterampilan  abad 21 meliputi berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, komunikasi dan kolaborasi. Pengimplementasian kompetensi keterampilan abad 21 oleh pendidik di madrasah menjadi tantangan tersendiri karena butuh daya dukung dari segala macam aspek selain sumber daya manusia ada hal lain yang juga sangat menentukan yaitu sarana dan prasarana yang ada di madrasah mulai dari pembelajaran yang paling mudah ke pembelajaran yang sulit. Jika semua unsur kompetensi keterampilan abad 21 oleh guru yang profesional pada madrasah sudah terpenuhi maka tujuan pendidikan nasional kita akan mudah tercapai.



Kompetensi keterampilan abad 21 dapat diimplementasikan oleh guru pada madrasah dengan cara sebagai berikut :
1.      Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dengan menginteregasikan berbagai alat dan sumber belajar yang relevan untuk mendorong peserta didik berpikir lebih tinggi dan kreatif
2.      Memfasilitasi dan menginspirasi peserta didik agar belajar kreatif hingga tercapai karakter kecakapan yang diperlukan.
3.      Merancang dan menyediakan alat evaluasi yang bervariasi sesuai tuntutan kompetensi.
4.      Menjadi model cara belajar dengan menunjukkan kemahiran dalam menguasai tekhnologi yang relevan dalam pembelajaran dan berkolaborasi dengan peserta didik, rekan sejawat juga lingkungan sekitarnya.
5.      Berpartisipasi dalam mengembangkan keprofesionalitasan dengan berpartisipasi dalam masyarakat lokal maupun global untuk meningkatkan pembelajaran juga menunjukkan kepemimpinan dalam pengambilan keputusan bersama.
c)      Implementasi pilar pendidikan di madrasah
Pendidikan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia, dan proses belajar yang harus dilakukan oleh setiap manusia mulai dari pangkuan hingga sampai ke liang lahat. Semua proses pembelajaran sangatlah penting sebagai bekal masa depan peserta didik untuk menghadapi setiap tantangan zaman terutama tantangan pada abad 21 yang begitu kompleks.
Oleh sebab itu Indonesia mempunyai 5 pilar pendidikannya sendiri yang mengacu pada 4 pilar pendidikan UNESCO untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu belajar untuk mengetahui ( learning to know ), belajar untuk berbuat                                          ( learning to do ), belajar untuk menjadi ( learning to be ), belajar untuk hidup bersama ( learning to live together ), belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ( learning to believe in god ).
Penerapan pilar pendidikan pada madrasah menuntut kemampuan profesionalitas seorang guru dan akan terwujud jika pendidik sadar dan mempunyai komitmen yang tinggi dalam proses pembelajaran mulai dari suatu hal yang terkecil akan berpengaruh dan berkontribusi pada hal lain yang lebih besar dalam dunia pendidikan ( butterfly effect ).
Berikut Implementasi pilar pendidikan di madrasah :
1.      Implementasi learning to know yaitu menitik beratkan peranan guru yang akan menentukan kuantitas dan kualitas pembelajaran. peranan guru yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Ø  Guru sebagai sumber belajar, yaitu yang berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran yang baik.
Ø  Guru sebagai fasilitator yang memberikan pelayanan untuk siswa melakukan kegiatan proses pembelajaran.
Ø  Guru sebagai pengelola yang menciptakan iklim belajar yang nyaman bagi siswa.
Ø  Guru sebagai demonstrator yaitu menunjukkan segala sesuatu agar siswa lebih mudah mengerti dan memahami pesan yang disampaikan.
Ø  Guru sebagai pembimbing kepada setiap siswa yang memiliki karakteristik dan keunikan yang berbeda beda.
Ø  Guru sebagai mediator yang dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang media pendidikan yang baik dan aplikatif bagi siswa.
Ø  Guru sebagai evaluator yang memberikan penilaian hasil pembelajaran siswa, hingga guru dapat mengetahui keberhasilan tujuan pembelajaran, penguasaan siswa terhadap pembelajaran, serta ketepatan dan keefektifan metode mengajar ( Fakhruddin, 2010 : 49-61 ).
2.      Implementasi learning to do, dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam menyelesaikan tugas tugas mereka. Hal ini bertujuan untuk membuat siswa bertanggung jawab atas diri dan pendidikannya sehingga mereka akan belajar untuk meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah.
3.      Implementasi learning to be untuk melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi, kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan keterampilan dan pengetahuan merupakan proses dari menjadi diri sendiri ( learning to be )( Atika, 2010 ). Belajar berprilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.
4.      Implementasi learning to live together adalah tugas pendidikan untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa hakekat manusia adalah beragam tetapi dalam keragaman tersebut terdapat persamaan.
5.      Implementasi learning to believe in god pada madrasah menjadi landasan utama dalam setiap pembelajaran, dengan diimplementasikannya nilai dan kaidah kaidah agama maka siswa akan menjadi manusia yang menggunakan ilmunya berlandaskan pada ketakwaan kepada Tuhan YME.
d)      Implementasi Literasi di madrasah
Kemampuan literasi yang merupakan daya dukung untuk mencapai tujuan pembelajaran harus terus di tanamkan kepada seluruh siswa, dan kemampuan literasi pada siswa di madrasah bisa ditingkatkan oleh guru dengan cara cara berikut ini :
1.      Penumbuhan budaya literasi dan minat baca di sekolah, salah satunya dengan kegiatan membaca 15 menit sebelum pembelajaran.
2.      Pengembangan kecakapan literasi melalui kegiatan intrakurikuler atau pembelajaran menggunakan strategi literasi.
3.      Pengembangan kecakapan literasi melalui kegiatan non akademik, misalnya kegiatan ekstrakurikuler dan kunjungan wajib ke perpustakaan.
3. Prediksi keberhasilan atau  kegagalan kompetensi abad 21 di Madrasah
     Ibtidaiyah Al  Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara
            Guru profesional abad 21 adalah guru yang terampil dalam pengajaran, mampu membangun dan mengembangkan hubungan antara guru dan sekolah dengan komunitas yang luas, dan seorang pembelajar sekaligus agen perubahan  di sekolah, hargreaves dalam    ( Dwi Estri Andianai, 2010 ).
            Keberhasilan atau kegagalan kompetensi abad 21 di madrasah ibtidaiyah Almuhajirin bisa diprediksikan dengan mengetahui indikator indikator berikut ini :
a)      Keterampilan berpikir tingkat tinggi ( HOTS ) yang seharusnya sudah dilakukan mengalami berbagai macam kendala sehingga terhambatnya kegiatan proses pembelajaran untuk melatih peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi. Kendala-kendala tersebut yaitu masih terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai sumber ilmu ( teacher center ) belum student center, fokus pendidikan di MI ALMUHAJIRIN lebih bersifat menghafal atau pengetahuan faktual, peserta didik masih dianggap sebagai objek belajar oleh guru, sistem penilaian prestasi peserta didik lebih dominan berdasarkan tes-tes yang hanya bersifat menguji kemampuan kognitif.
b)      Kompetensi keterampilan abad 21 belum sepenuhnya diimplementasikan, hal ini terjadi karena berbagai macam faktor mulai dari sikap profesional guru yang masih rendah, guru belum bisa menjadi contoh belajar bagi siswa, daya dukung sarana dan prasana yang ada di sekolah, penggunaan sumber belajar yang tidak relevan, serta kurang menguasai tekhnologi terkini sebagai daya dukung kegiatan pembelajaran.
c)      Pilar pendidikan yang menjadi landasan pembelajaran belum sepenuhnya bisa diimplementasikan baik oleh guru, siswa, sekolah dan orang tua sebagai bentuk kolaborasi untuk mencapai tujuan pendidikan. Buruknya mindset orang tua siswa tentang sekolah hanya sebagai tempat menitipkan anaknya untuk belajar sehingga siswa juga kurang mendapat perhatian yang begitu berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
d)      Rendahnya literasi  siswa menjadi penghambat keberhasilan kompetensi abad 21 di mi almuhajirin, rendahnya kemauan dan kemampuan literasi siswa di madrasah ibtidaiyah almuhajirin dibuktikan dengan jarangnya siswa yang pergi ke perpustakaan sekolah, masih ada siswa di kelas tinggi yang belum membaca dengan baik, penggunaan kosakata baku dalam penulisan masih buruk, dan rendahnya penalaran terhadap suatu masalah.






KESIMPULAN
Abad 21 sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, dimana kehidupan manusia mengalami perubahan-perubahan yang fundamental yang memaksa manusia melakukan pembenahan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Begitu juga dengan dunia pendidikan di Indonesia yang juga melakukan pembenahan-pembenahan guna meningkat kualitas pendidikan demi terwujudnya tujuan pendidikan Nasional.
Dalam menjawab tuntutan abad 21, dunia pendidikan di Indonesia mulai membekali kemampuan menangkap informasi kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang luas dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Guna mencapai orientasi ini, pendidikan bukan hanya untuk pengembangan pengetahuan saja namun juga dapat siswa memiliki kemampuan kreatif,kritis, komunikatif dan berkarakter.
Tantangan yang dihadapi guru pada abad 21 tidak lagi berkisar pada kemampuan akademik siswa, tetapi lebih pada pendidikan intelektual dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi       ( HOTS ), emosional, moral, dan akhlak siswa. Guru profesional abad 21 bukanlah guru yang hanya sekedar mengajar dengan baik tapi juga sebagai pembelajar yang efektif dalam proses pembelajaran, mampu berkomunikasi dan menguasai tekhnologi dengan baik.
Proses pendidikan di sekolah dapat menghasilkan siswa yang berintelektual tinggi, berkarakter, berakhlak mulia dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Comments

Popular posts from this blog

MANCING KONDE

Lambe Turah