SI MANIS YANG MEMBACA BUKU " Tasbih Hitam "
- Get link
- X
- Other Apps
Bis kota melaju, diiringi dangdut melayu dari kaset tape mobil yang diputar oleh sang sopir bis yang tidak henti-hentinya menghisap rokoknya sambil berdendang malu-malu. Suara kaset yang mengayun-ayun, entah memang tape mobilnya sudah tua atau kasetnya yang bajakan aku tak peduli, yang pasti sangat mengganggu ditambah lagi keluar masuknya pengamen hingga suaranya saling beradu dan begitu mengganggu. Tapi tak ada yang lebih mengganggu jika dibandingkan bayang wajah Dinda yang sekian lama aku tak jumpa. Setelah sekian lama kurasakan panasnya neraka bis kota,akhirnya aku tiba di halte sekolah. Dengan sigap dan lantang ku berteriak " KIRI PIR KIRI !!!", sopir bis kaget serta merta menginjak pedal rem dalam-dalam hingga semua penumpang terkaget karena bis berhenti secara mendadak. " Woooyyy santai saja layy, kaget aku!!!". Akupun bergegas turun tanpa menghiraukan apa yang dikatakan sang sopir dan para penumpang lain yang ikut kaget karena perbuatanku, dalam benakku hanya satu, yaitu bertemu Dinda.
Duduk gelisah menunggu, setelah sepuluh menit berlalu akhirnya yang ditunggu datang juga. Kulihat Dinda melangkah keluar dari gerbang sekolah. "Ooouuhhh itukah dia sang bidadari surga yang datang kepadaku???!!!" gumamku dalam hati. Dengan langkah anggun dibalut baju merah jambu Dinda menghampiriku. Inginku berdiri namun kakiku tak mampu, badan ini terasa terpaku dan lidahpun kelu. Dinda duduk di sampingku aku hanya membisu, tubuh ini serasa membatu. Dinda memulai pembicaraan dengan menanyakan tentang keadaanku selama menjadi mahasiswa dan mengikuti aksi demo beberapa waktu yang lalu, tanpa ada jawaban dariku karena aku linglung teringat akan sebuah kado istimewa untuknya yaitu bunga lavender yang kubeli tadi di toko bunga sebelum berangkat ke terminal bis, dan kurasa tertinggal di dalam bis kota yang aku naiki tadi. "Sialaaaannn, kenapa bisa tertinggal???!!!" Umpatku dalam hati. Acchh, tapi aku tak menyesali dan memberanikan diri, kuucapkan selamat hari guru untuknya. Dan sudah itu saja kata-kata yang terlontar dari bibirku.
Bel sekolah berbunyi tanda waktu istirahat sudah selesai, kami masih di halte bis beberapa saat. Kulihat Dinda mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya, sebuah tasbih kecil berwarna hitam. Diberikannya tasbih hitam itu kepadaku, Dinda hanya berpesan kepadaku untuk menggunakannya sebaik mungkin lalu Dinda meninggalkanku di halte itu sendirian, dan Dindapun kembali ke Sekolah di seberang jalan.
Duduk gelisah menunggu, setelah sepuluh menit berlalu akhirnya yang ditunggu datang juga. Kulihat Dinda melangkah keluar dari gerbang sekolah. "Ooouuhhh itukah dia sang bidadari surga yang datang kepadaku???!!!" gumamku dalam hati. Dengan langkah anggun dibalut baju merah jambu Dinda menghampiriku. Inginku berdiri namun kakiku tak mampu, badan ini terasa terpaku dan lidahpun kelu. Dinda duduk di sampingku aku hanya membisu, tubuh ini serasa membatu. Dinda memulai pembicaraan dengan menanyakan tentang keadaanku selama menjadi mahasiswa dan mengikuti aksi demo beberapa waktu yang lalu, tanpa ada jawaban dariku karena aku linglung teringat akan sebuah kado istimewa untuknya yaitu bunga lavender yang kubeli tadi di toko bunga sebelum berangkat ke terminal bis, dan kurasa tertinggal di dalam bis kota yang aku naiki tadi. "Sialaaaannn, kenapa bisa tertinggal???!!!" Umpatku dalam hati. Acchh, tapi aku tak menyesali dan memberanikan diri, kuucapkan selamat hari guru untuknya. Dan sudah itu saja kata-kata yang terlontar dari bibirku.
Bel sekolah berbunyi tanda waktu istirahat sudah selesai, kami masih di halte bis beberapa saat. Kulihat Dinda mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya, sebuah tasbih kecil berwarna hitam. Diberikannya tasbih hitam itu kepadaku, Dinda hanya berpesan kepadaku untuk menggunakannya sebaik mungkin lalu Dinda meninggalkanku di halte itu sendirian, dan Dindapun kembali ke Sekolah di seberang jalan.
Perlahan dirinya hilang ditelan gerbang, yang ditutup perlahan oleh seorang satpam. Aku lihat kembali tasbih hitam pemberian Dinda, akupun bertekad untuk menunggunya hingga pulang.
Awan seketika berubah menjadi hitam, mendung dan kelam hujanpun turun deras dan kejam, aku tetap bertahan demi menunggu untuk menanti sebuah jawaban dari pertanyaan yang belum sempat aku tanyakan.
- Get link
- X
- Other Apps
Popular posts from this blog
MANCING KONDE
A :Mau kemana lu bro malem malem gini? B :mau mancing" gw ( padahal tidak bawa pancingan ) A : aaahhh mau "mancing konde" ajaa!!! Itulah sedikit ilustrasi percakapan tentang istilah " mancing konde" Ya mancing konde bukan mancing cadar. Mancing konde adalah sebuah istilah bagi laki laki hidung belang yang suka main perempuan Mancing sama dengan kencan dan konde sama dengan perempuan. Tapi kenapa tidak ada istilah mancing cadar?. Dari penggunaan istilah ini jelas mana yang lebih mulia antara konde dan cadar, bisa di analogikan bahwa wanita bercadar lebih terhormat daripada wanita berkonde.karena memang konde adalah sebuah adat ciptaan manusia, sementara cadar adalah bagian syariat agama yang dicipta oleh Tuhan yang maha kuasa.
Comments
Post a Comment